Minggu, September 16, 2007

KIAI SEMAR TOURING

Oleh : H. Wahyu Wibowo

Batara Semar atau Batara Ismaya, yang hidup di alam Sunyaruri, sering turun ke dunia dan manitis di dalam diri Janggan Semarasanta, seorang abdi dari Pertapaan Saptaarga. Mengingat bahwa bersatunya antara Batara Ismaya dan Janggan Semarasanta yang kemudian populer dengan nama Semar merupakan penyelenggaraan Illahi, maka munculnya tokoh Semar diterjemahkan sebagai kehadiran Sang Illahi dlam kehidupan nyata dengan cara yang tersamar, penuh misteri, paling tidak ini pendapat dari kepercayaan orang jawa yang mengenal ilmu kejawen.

Dari bentuknya saja, tokoh ini tidak mudah diterka. Wajahnya adalah wajah laki-laki. Namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya wanita. Rambut putih dan kerut wajahnya menunjukan bahwa ia telah berusia lanjut, namun rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak, hal ini menandakan bahwa Batara ismaya adalah pebentukan dari sesuatu yang penuh dengan ketulusan dan kejujuran.

Bibirnya berkulum senyum, namun mata selalu mengeluarkan air mata (ndrejes). Ia menggunakan kain sarung bermotif kawung, memakai sabuk tampar, seperti layaknya pakaian yang digunakan oleh kebanyakan abdi. Namun bukankah ia adalah Batara Ismaya atau Batara Semar, seorang Dewa anak Sang Hyang Wisesa, pencipta alam semesta.

Semar adalah tipologi yang rajin inspeksi mendadak kepada anak buah dan anak didiknya, bahkan murid-muridnya mengenal sang Batara sebagai sosok yang penuh perhatian terhadap bahwan, tidak pernah canggung-canggung dan selalu dalam kondisi siap dengan kejujuran.

Ketika melakukan perjalanan (touring) ke dunia, Semar selalu datang paling terakhir setelah semua anak didiknya sampai pada tujuannya, bahkan Semar kadang-kadang tiba di suatu tujuan ketika tempat itu sudah hingar bingar denganberbagai dinamika.

Nasehat Semar pada saat mengutus anak didiknya melaksanakan touring selalu berkata ”alon-alon waton kelakon”, hal ini dimaksudkan agar seluruh anak didiknya selalu memaki falsafah pelan-pelan yang penting selesai tepat waktu, tidak perlu buru-buru dan tergesa-gesa yang akhirnya pekerjaannya tidak benar.

”Alon-alon waton kelakon” memang merupakan falsafah jawa yang cukup dalam untuk dipahami sebagai hal yang sangat penting untuk diikuti dengan tujuan agar semua berjalan sesuai dengan aturan dan prosedur, tidak perlu grasa-grusu dan mentang-mentang. Touring yang dikenal saat ini merupakan perjalanan yang biasanya selalu dalam kondisi buru-buru, ada beberapa orang yang memiliki kesepahaman bahwa toruing adalah hal yang perl;u dilakukan dengan cepat dan kilat, bahkan kalau perlu menabark aturan atau ketentuanpun di halalkan, ada lagi yang seakan-akan mereka sebagai orang yang kuat dan hebat, mirip preman pasar, mengendarakan kendaraan sudah tidak menggunakan aturan lagi, trotoarpun dihajar, nyalip tanpa permisi, dan bikin kaget setengah mati, akhirnya yang keluar malah umpatan dan sumpah serapah. Endingnya....gudubrakkkkkkk........kroncenggggggg.........

Maka pikirkanlah, bahwa touringnya kiai Semar selalu berpedoman pada alon alon waton kelakon.
  • Jangan mentang-mentang
  • Jangan sok jago
  • Selalu bersabar

1 komentar:

webe mengatakan...

setuju......... sing penting bisa sampai kembali kerumah, iso ngeloni istri dan anak lagi..........