Selasa, September 11, 2007

GOOD GOVERNANCE DAN GOOD GOVERNMENT : ajaran nilai Islami


Peta manajemen kantor dewasa ini mengambil “trend” yang kesemuanya bernuansa bersih, jujur, tertib, amanah dan yang baik-baik.

Dimulai dengan kenyataan carut marutnya cara memimpin oleh pemimpin yang pada saat itu amburadul dan banyak serong kanan serong kiri dengan maksud yang tidak baik. Wal hasil, dengan datangnya para penegak hukum dan penegak kebenaran diberbagai lini dan sektor –seperti KPK, Tipikor dan beberapa LSM yang secara legal formal mengawasi jalannya manajemen dalam pemerintahan-, maka tercabik-cabik pula kultur dan budaya cara memimpin yang seenak sendiri.

Beberapa pemimpin telah ’ter-jerembab’ dan masuk lumpur kenistaan, tidak perlu ditutup-tutupi, kebanyakan dari mereka nota bene adalah umat Islam. Pertanyaan kemudian, kenapa mereka bisa ? dan kemana saja mereka menuntut ilmu untuk memimpin kemarin ? sehingga mampu berbuat seenak sendiri ?

Sampai detik ini, semua pertanyaan itu tidak akan dapat dan bisa dijawab, ada beberapa alasan untuk tidak menjawab, salah satunya adalah malu-maluin.

Analisis sementara, cara memimpin yang seenaknya itu datang dari pengaruh lingkungan dan budaya yang telah berubah. Lingkungan adalah salah satu faktor penting dalam cara memimpin, ada lingkungan dalam (internal) dan lingkungan luar (eksternal), apabila kedua lingungan itu telah di dominasi oleh para pecundang dan pembisik kotor, maka terjadilah mode memimpin yang tidak terkonsep dan akhirnya seenak sendiri. Kemudian ditunjang oleh budaya yang telah berubah, dari budaya Islam, menjadi budaya barat yang mindset berpikirnya memberi peluang kolega atau kelompoknya.

Apabila dilihat dari latar belakang pendidikan, banyak pemimpin kita yang memiliki pendidikan yang cukup baik, bahkan semua memahami apa yang dinamakan ”management smart” yang paling tidak ada tiga unsur yang terkandung dalam cara memimpin, yaitu : kreatif, inovatif dan toleran. Namun, dalam implementasi ketiga unsur tersebut salah sasaran dan salah penggunaan, semua melenceng sesuai masukan dari lingkungan mereka.

Paradigma baru muncul, yaitu good governance dan good government, yang sebenarnya lebih sulit diwujudkan dan dilaksanakan. Tapi –sekali lagi- semua harus menjadikan kata-kata itu motto yang harus diwujudkan.

Mereka sebenarnya lupa, substansi dari good governance dan good government sebenarnya tidak lain adalah hasil dari grand desain pelaksanaan cara memimpin yang amanah dan jujur.

Mari kita mulai, menjadi pegawai, karyawan, pejabat, pemimpin, atasan yang selalu amanah dan jujur. Waallahua’alam (Muhammad Azka Mufti dan Naila Qonita Zuhdi)

Tidak ada komentar: