Rabu, September 19, 2007

ANTBITJKOEK I



Oleh : Naila Qonita Zuhdi


Konon, menurut cerita para orang tua khususnya di kampung-kampung yang ikut mengalami dua kali pejajahan di Indonesia, banyak tata cara kehidupan sosial pribumi yang terpengaruh oleh kehidupan para penjajah. Istilah keseharian para penjajah banyak dikolaborasi oleh para priyayi dan pejabat-pejabat kadipaten, kawedanan bahkan masyarakat bawah. Salah satu contohnya ketika para priyayi akan mengatakan sarapan pagi, mereka cukup mengatakan kepada para pembantunya untuk menyiapkan ”roti kuk”, kependekan dari roti antbitjkoek (roti sarapan pagi).

Para penjajah, dan kemudian para priyayi, kehidupan kesehariannya lebih banyak —hanya cukup— memikirkan hal-hal yang tidak jauh dari masalah dunia, antara lain kedudukan, kekayaan dan perempuan yang semuanya bermuara pada perut. Mereka tidak memiliki rasa empati kepada hal-hal yang bersifat religius. Bahkan sangat tidak suka kepada perkembangan kehidupan religius masyarakat yang dijajah. Mereka memiliki keyakinan bahwa ketika masyarakat lebih baik dan meningkat ketaqwaannya maka akan susah di atur dan diperbudak, yang akibatnya akan selalu melakukan pemberontakan dan perlawanan kepada penguasa yang dholim (penjajah).

Islam memang agama yang menjanjikan bagi seluruh manusia (rahmatan lil ’alamin). Hal itu disebabkan dalam Islam hukum perputaran kehidupan tidak pernah selesai, setiap saat —dalam hitungan detik— diisi dan diwarnai dengan peng-agungan kepada Allah SWT. Dari satu waktu ke waktu lain umat Islam disediakan media untuk memohon dan meminta apapun yang mereka inginkan. Dalam dua puluh empat jam, maka umat Islam diberi peluang agar dalam kesehariannya dipenuhi dengan cahaya dimulai dari waktu subuh (wa subhi idza tanaffas) bahkan sebelum subuh, setelah itu, perputaran berikutnya masuklah waktu dhuha.

Waktu dhuha adalah ’roti sarapan pagi’ bagi muslim, apabila waktu ini terluang maka akan sangat rugi dalam waktu satu hari. Banyak para ustadz dan kiai yang mengajarkan pentingnya memanfaatkan waktu dhuha dengan baik, karena waktu dhuha adalah waktu umat Islam bernafas yang kedua. Beberapa ajaran tentang bagaimana memanfaatkan waktu dhuha dengan shalat dhuha sangat beragam dari sisi rakaat dan hikmah faedahnya.


Diantara faedah shalat sunah dhuha antara lain, dengan melakukan sholat duha dua rakaat, empat rakaat atau delapan rakaat maka manfaat yang diharapkan : Bernilai shadaqah dari seluruh persendian tulang, sebagaimana sabda Rasulullah saw, ”Setiap persendian kalian adalah sadaqah, setiap tasbih adalah sadaqah, setiap tahmid adalah sadaqah, setiap tahlil adalah sadaqah, setiap takbir adalah sadaqah, setiap anjuran pada kebaikan adalah sadaqah, setiap larangan dari yang mungkar adalah sadaqah, dan semuanya akan mendapat ganjaran yang sama dengan melakukan shalat dua rakaat dari shalat duha”.


Selain itu, shalat dhuha dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, hal itu dikuatkan dengan hadits Nabi : " Allah berfirman : Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (shalat dhuha) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya " ( HR.Hakim dan Thabrani ).


Hadis riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi, dan daripada Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa yang mengerjakan sembahyang sunat Dhuha dua belas rakaat dibina akan Allah baginya sebuah mahligai daripada emas”. Disamping itu, kelebihan sembahyang dhuha sebagaimana sabda Rasullullah SAW yang maksudnya : “Dua rakaat Dhuha menarik rezeki dan menolak kepapaan”.


Islam, telah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu memanfaatkan sarapan pagi (antbitjkoek) dengan melakukan shalat dhuha, dan semoga dengan melakukan shalat dhuha kita tidak juga dianggap riya’ dan sombong, kita hanya mengharap ridho Allah SWT semata.

Tidak ada komentar: