Kamis, Juli 17, 2008

MUHAMMAD AZKA MUFTHI




WAWANCARA IMAJINER DENGAN ADOLF HITLER



ADOLFT HITLER : “Memang sih, saya sangat suka dengan komunitas sepeda motor di Idonesia “
Adolf Hitler, adalah kanselir Jerman yang dilahirkan pada tahun 20 April 1889, dan berkuasa dari tahun 1933 hingga sebelum 1945, sedangkan meninggal pada tahun 30 April 1945.

Pada kesempatan yang tidak terduga, kami dapat mewawancarai beliau (Adolft Hitler) berkaitan dengan maraknya komunitas pengendara sepeda motor di tanah air, yang masing-masing membawa bendera berbeda-beda, dengan visi yang hampir sama, yaitu memberikan manfaat kepada pengendara sepeda motor lain.

Visi tersebut, memang serupa dengan visi Adolf Hitler tatkala bilau berkuasa, yaitu menyatukan dunia, tentunya dengan kekuasaaan Adolft Hitler, visi Adolf Hitler memang tidak salah, karena visi menunjukkan mimpi yang memang sulit menjadi kenyataan, kecuali dibarengi dengan misi yang sempurna, kesalahan Hitler terletak pada cara beliau menjadikan mimpi menjadi kenyataan, yaitu dengan kekerangan dan kebengisan. Akan tetapi, di sisi lain Hitler memiliki hati yang ’cukup’ baik, paling tidak pada garapan memanfaatkan kendaraan roda dua sebagai bagian dari kendaraan penyerangan darat yang cukup ampuh. Dan hasil wawancara selama dua jam, selengkapnya sebagaimana dibawah ini.

Nasduk (sebagai pewawancara yang kemudian disingkat N) : ” Sejak kapan Bro Hitler menyukai kendaraan roda dua ”.

Hitler (sebagai yang ditanya, kemudia disingkat H) : ”Saya menyukai kendaraan roda dua sejak usia lima belas tahun, yang waktu itu di jerman lagi maraknya kendaraan roda dua lansiran Amerika, seperti Harley Davidson, BSA dan AJS, karena orang tua saya juga sangat hobi akan kendaraaan darat itu, apalagi di desa saya Braunau am Inn, Austria diselatan Jerman merupakan daerah berpasir, dan ayah saya (Aloi Hitler) suka mengajak saya dan saudara kandung saya ke persawahan dengan menunggang kendaraan roda dua”.

N : ”Selain untuk ke persawahan, pengalaman menunggang kendaraan roda dua kemana saja Bro”.

H : ”Setelah ayah saya pensiun, saya dan keluarga pindah ke kota Lambach, dan kesempatan itu juga dilakukan dengan mengendarai kendaraan roda dua yang dtambah sespan (tumpangan samping, mirip bentor di Medan), nah sejak itu saya dan keluarga merasakan awal dari kehidupan yg terus berpindah-pindah di masa pensiun ayah”.

N : ”Sampai kapan Bro Hitler hidup berpindah-pindah dengan menggunakan sepeda motor roda dua”.

H : ”Sampai hampir dewasa bro, tetapi ketika beranjak dewasa, karena saya memiliki cita-cita ingin menjadi seorang seniman, dengan jerih payah saya membeli kendaraan roda dua yang saya dandani benar-benar nyentrik, bahkan pada saat saya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi seni di Wina, Austria kemanapun saya pergi menggunakan sepeda motor roda dua, namun saya gagal masuk di perguruan tinggi itu, bahkan saya pernah menjadi seorang tunawisma di kota Wina”.

N : ”Apa yang anda ketahui tentang komunitas pengendara sepeda motor saat ini”.

H : ”Pada masa saya, komunitas pengendara sepeda motor menjadi agen pengantar pesan atau misi, karena jumlahnya cukup banyak maka komunitas mirip pasukan Infantri Resimen Bavaria ke-16. Pernah ada cerita begini, suatu kali resimennya bertemu pasukan Inggris dan Belgia di dekat Ieper, resimennya kehilangan 2.500 dari 3.000 orang yang semuanya menggunakan kendaraan sepeda motor roda dua, tewas, luka-luka atau hilang, tetapi saya (Adolf Hitler) lolos tanpa luka sedikitpun karena sepeda motor saya saya lengkapi dengan berbagai keperluan safety riding, dan beberapa kali saya berdiri di satu tempat dan kemudian berpindah ke tempat lain untuk melihat pasukan infanteri masih ada yang selamat atau tidak, beberapa detik kemudian saya berpindah tempat dengan menggunakan sepeda motor itu, karena saya takut kena pecahan mortir, itu terjadi di Kota Somme. Nah saya melihat komunitas kendaraan sepeda motor yang ada di Indoensia sekarang memang memiliki hampir ribuan anggota, kalau sedang melakukan sarasehan mirip kumpulan resimen”.

N : ”Jadi Bro Hitler paham tentang safety riding ya”.

H : “Sangat pahamlah, karena sejak kecil saya diajarkan untuk selalu melengkapi kendaraan saya agar terjamin keselamatan saya, dan pengendaranya, bahkan salah satu sumbangan saya dalam dunia otomotif adalah usulannya untuk membuat kenderaan murah, terjangkau oleh rakyat Jerman serta aman dikendarai, yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk mobil Volkwagen”.

N : ”Apa pesan Bro Hitler untuk komunitas sepeda motor di Indoensia”.

H : ”Begini ya, tapi ini mirip sebuah cerita, semoga bermanfaat deh, pertama: siapkan sepeda motor anda, jangan berperang dengan pedang yg rusak, makanya periksa motor anda sebelum mulai berkendara, kalo ada suku cadang yang perlu diganti, jangan menunggu, gantilah kalo ada yg perlu diperbaiki langsung perbaiki jangan pernah menganggap enteng masalah-masalah yg ditemukan karena bukan cuma akan mengganggu proses perjalanan tapi juga bisa membahayakan keselamatan;
kedua: gunakan pelindung diri entah itu helem, jaket, sarung tangan, sepatu, dll, jangan pernah tidak peduli dengan penggunaan hal-hal tersebut anda tidak pernah tau, bagian tubuh mana yang akan cidera saat terjadi kecelakaan dan anda tidak pernah tau kapan kecelakaan akan terjadi, jadi.. lindungi diri anda dari kepala sampai kaki;
ketiga : berusahalah untuk gampang terlihat, pakailah perlengkapan yang gampang terlihat lebih baik lagi bila bisa merefleksikan cahaya (flourescent) begitu juga dengan warna dari bagian-bagian motor ini akan membantu anda untuk gampang terlihat oleh pengguna jalan lain;
keempat: jaga jarak selalu, jaga agar ada jarak aman di sekeliling motor bukan cuma untuk menjaga bila kendaraan di depan dan di sekeliling tiba-tiba berhenti tapi juga untuk menghindari road hazzard yang tiba-tiba muncul karena sebelumnya tak terlihat;
kelima: bersiap menghadapi kecelakaan setiap kali berkendara, bersiaplah menghadapi segala kemungkinan terburuk termasuk kecelakaan dengan konsep ini, anda akan lebih berhati-hati dan akan berkendara secara defensive, berhat-hatiilah di setiap belokan, persimpangan, lalu lintas dari arah berlawanan, dan tempat-tempat ramai yang dilewati (pasar, sekolah, dll);
keenam: bila mungkin, hindari berkendara di malam hari, ya betul, di siang hari saja, motor relatif lebih sulit terlihat apalagi di malam hari;
ketujuh: ride your own ride jangan coba berkendara untuk gaya-gayaan jangan juga untuk membuat orang terkagum-kagum, sadari kemampuan diri, dan selalu ingat untuk memprioritaskan keselamatan bukan yang lain, jangan pernah berhenti menjadi berkendara dng santun, tertib, aman, dan nyaman kampanyekan terus cara-cara berkendara yang lebih defensif dan elegan”.

N : “Waduh, nampaknya anda cukup simpati pada keselamatan orang lain, tapi jawaban saudara kok mirip milis di websitenya Komunitas Honda Tiger Miling List di Indonesia sih”.

H : “Memang sih, saya sangat suka dengan komunitas sepeda motor di Idonesia, saya tau ada MTML, DETIC, Motor Tiger Jakarta, dan komunitas lain, bahkan yang paling baru dan websitenya masih berbentuk blogspot pun saya tau, yaitu NOLIMIT BIKER’S COMMUNITY”.

N : “Apa pesan Bro Hitler sebelum anda kembali ke alam Sunyaragi (maksud penanya ’alam kubur’)”.

H : “Oke, saya hanya berpesan, bersatulah para komunitas pengendara sepeda motor di Indonesia, bantulah pengendara lain pada saat ada kesusahan di perjalanan, jaya HTML, dan saya juga mengucapkan selamat ulang tahun yang ke tiga kepada Depok Tiger Club, semoga sukses selalu, dan titip salam buat rekan-rekan NOLIMIT BIKER’S COMMUNITY, cobalah selalu minta nasehat kepada komunitas yang lebih senior dalam hal safety riding”.

N : “Terima kasih Bro Hitler”.
Setelah Hitler menghilang, saya terbangun dan terperanjat, ternyata saya masih di bawah pohon beringin di alun-alun Selatan (alun-alun Kecil) Jogjakarta.

Tidak ada komentar: